RAHSIA SUFI 5 : WALI ABDAL (1)


Dalam kafilah ruhani yang berjalan menuju Tuhan, kita
melihat barisan yang panjang. Mereka yang berada dalam barisan
mempunyai martabat yang bennacam-macam, bergantung pada sejauh
mana mereka telah berjalan. Dari tempat berangkat ke tujii ada sejumlah
stasiun yang hams mereka lewati. Derajat mereka juga bergantung pada
banyaknya stash yang sudah mereka singgahi. Pada setiap stasiun selalu
ada pengalaman barn, keadaan baru, dan pemahdangan baru. angat sulit
menceritakan pengalaman pada stasiun tertentu kepada mereka yang belum mencapai
stasiun itu.

Dalam literatur tasawuf, stasen itu disebut manzilah atau maqam. Pengalaman
ruhani yang mereka rasakan disebut hal. Ada segelintir orang yang sudah
mendekati stasiun terakhir. Mereka sudah sangat dekat dengan Tuhan, tujuan
terakhir pen'alanan mereka. Maqam mereka sangat tinggi di sisi Tuhan. Kelompok
mereka disebut awliya', kekasih-kekasih Tuhan. Mereka telah dipenuhi cahaya
Tuhan. Sekiranya kita menernukan mereka, kita akan berteriak seperti teriakan
orang munafik pada Hari Akhir, "Tengoklah kami (sebentar saja) agar kami
dapat memperoleh seberkas cahayamu" (QS 57:13).

Dalam kelompok awliya' juga terdapat derajat yang bermacam- macam.
Yang paling rendah di antara mereka (tentu saja di antara orang-orang yang
tinggi) disebut awtad, tiang-tiang pancang. Disebut demikian karena merekalah
tiang-tiang yang menyangga kesejahteraan manusia di bumi, kerena kehadiran
merekalah Tuhan menahan murka-Nya; Tuhan tidak menjatuhkan azab yang membinasakan umat manusia. lbnu Umar meriwayatkan hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi,"Sesungguhnya Allah menolak bencana karena kehadiran Muslim yang saleh dari seratus keluarga tetangganya."

Kemudian ia membaca firman Allah,"Sekiranya Allah tidak menolakkan sebagian manusia dengan sebagian yang lain,niscaya sudah hancurlah bumi ini" (QS 2:251).

Penghulu para awliya' adalah quthb rabbani. Di antara quthb dan awtad ada
abdal (artinya, para pengganti). Disebut demikian, kerena bila salah seorang
di antara mereka meningggal, Allah menggantikannya dengan yang baru.
"Bumi tidak pemah sepi dari mereka," ujar RasuluUah Saw., "Karena merekalah
manusia mendapat curahan hujan, karena merekalah manusia ditolong"


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kasih komentar