ANOLOGI I : OH YA ROBOT, MANUSIA TIRUAN



Perumpamaan yang agak mendekati realitas untuk menggambarkan fungsi-fungsi dalam diri manusia, barangkali, adalah Robot. Entah sengaja atau tidak, robot didesain memiliki 3 bagian penyusun ‘kehidupannya’. Yaitu, Badan Robot, Operating system (sistem operasi dan kelistrikan), dan Program Aplikasi.

Badan robot didesain sedemikian rupa sehingga bisa menirukan fungsi-fungsi badan manusia. Mulai dari fungsi-fungsi 'berpikir', menggunakan panca indera alias sensor, merespon rangsangan dari luar lewat suara, sampai pada gerakan motorik.

Untuk itu badan robot dibuat dengan konstruksi tertentu. Misalnya, badannya dibuat dari bahan ringan yang kuat dan lentur, agar bisa mengantisipasi segala kondisi yang dipersyaratkan kepadanya, selama bertugas.

Bahan yang ringan dibutuhkan agar energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan robot tersebut tidak terlalu besar alias efisien. Lentur diperlukan agar badan robot menjadi efektif untuk mengantisipasi berbagai kondisi yang bakal ditemuinya selama 'kehidupannya' beriangsung.

Keluwesan gerak robot bukan hanya ditentukan oleh kelenturan badannya, melainkan juga oleh jumlah sendi dalam struktur badannya. Agar robot bisa bergerak 360 derajat, maka robot harus memiliki sendi-sendi yang dibuat sedemikian rupa sehingga pergerakan badannya menjadi luwes di dalam ruang 3 dimensi (muka belakang, atas bawah, dan kiri kanan).

Struktur badan robot juga dituntut agar bisa bergerak dengan seimbang. Untuk itu dibutuhkan ‘otot-otot’ yang mengendalikan seluruh bagian tulang dan persendiannya, dengan koordinasi yang sangat canggih, sehingga robot bisa bergerak dengan luwes dalam segala medan.

Sebagai contoh, bagaimanakah menjadikan robot bisa menggerakkan lengannya ke segala arah. Tentu, harus dibuatkan sendi sendi 'peluru' di bahu yang bisa berputar ke segala arah, ditambah sendi engsel di siku, dan ditambah lagi sendi-sendi di pergelangan tangan maupun jari jemarinya. Setelah itu, di berbagai sendi itu mesti dirangkai dengan 'otot-otot' sebagal tali penggerak lengan robot secara sempurna.

Jika robot hanya memiliki sendi engsel di bahu, misalnya, maka lengan robot hanya bisa bergerak ke depan dan belakang saja. Atau kalau otot-ototnya tidak dikoordinasikan dengan baik, maka gerakan lengan itu juga bakal kacau, kemana-mana.
Semua gerakan itu dikontrol dari komputer utama yang ada di dalam kepala robot, alias 'otak robot'. Kecepatan pengendalian harus demikian cepatnya, jangan sampai gerakan robot untuk memukul bola, misalnya, selalu meleset karena ketinggalan terus.

Anda bisa membayangkan betapa untuk bisa menciptakan gerakan lengan pada sebuah robot membutuhkan kecanggihan yang sulit dibayangkan. Khususnya, ketika robot itu ingin menirukan gerakan manusia, yang demikian luwes dan sempurna.

Robot juga harus dibekali dengan sensor-sensor. Di antaranya adalah sensor gerakan yang menggunakan kamera. Sensor suara yang menggunakan mikrofon. Sensor pembau yang meniru fungsi hidung, sensor pengecap yang meniru fungsi lidah, dan sensor kasar halus yang sekaligus sensor suhu, meniru fungsi kulit.

Sensor-sensor ini diperlukan untuk memperoleh data atau input dari luar sistem robot tersebut, agar robot bisa melakukan antisipasi atau respon secara benar. Katakanlah sebuah robot yang diciptakan untuk bisa bermain sepak bola, maka robot tersebut harus memiliki sensor gerakan yang cukup canggih. Sehingga ketika ada bola datang mengarah kepadanya, robot itu bisa mengambil keputusan untuk menendangnya.

Bukan hanya harus tepat waktu, ketika menendang, tapi dia juga harus bisa mengarahkan tendangan itu ke arah gawang lawan. Ketepatan waktu menendang, kekerasan tendangan, arah tendangan, dan berbagai variabel proses yang terlibat di dalamnya, semuanya dikendalikan oleh komputer yang ada di 'otak robot' tersebut.

Kalau digambarkan lebih rinci, proses itu berjalan kurang lebih begini. Ketika bola datang ke arah robot, maka bayangan bola itu akan tertangkap kamera, sebagai sensornya. Bayangan yang tertangkap kamera tersebut lantas mengenai layar di bagian dalam kamera. Layar berfungsi untuk mengubah bayangan bola menjadi pulsa-pulsa listrik, yang kemudian diteruskan oleh kabel kabel menuju ke 'otak' robot.
           
Sesampainya di otak, maka 'bayangan bola' yang sudah berupa sinyal sinyal listrik itu dibandingkan dengan data benda-benda yang dikenal oleh 'otak robot'. Jika bentuknya tidak sesuai misalnya berbentuk kotak barangkali otak komputer bakal memutuskan untuk tidak menendang bola. Dibiarkan saja lewat. Tapi jika, cocok dengan data 'bola' yang ada di otak komputer itu, maka 'otak' akan memutuskan untuk menendang bola.

Namun demikian, keputusan menendang itu tidak serta merta dilakukan dengan ngawur. Robot harus mengetahui dimana gawang lawan berada. Jangan sampai ke gawang sendiri, menjadi gol bunuh diri. Atau, tendangannya malah mengarah ke wasit dan penonton. Dia masih harus melakukan proses pengambitan keputusan untuk menentukan arah tendangan.

Setelah dia tahu kemana arah tendangan, maka dia juga masih harus mengukur, seberapa keras tendangan yang harus dilakukan. Jangan-jangan tidak sampai ke gawang lawan.

Dan seterusnya, dan seterusnya, semua proses pengambilan keputusan itu terjadi hanya dalam orde sepersekian detik saja. Sebab jika proses pengambilan keputusan oleh otak robot itu terlambat, tendangan itu tidak akan pernah terjadi. Ya, bolanya sudah terlanjur lewat, tapi robotnya belum menendang!
           
Jadi, demikian canggihnya proses yang terjadi dalam sebuah pengambilan keputusan untuk menendang bola, oleh sebuah robot. Dan, untuk mendukung proses keputusan menendang bola itu, robot harus memiliki 'mata' kamera yang canggih agar tendangannya tidak luput. Dan mata kamera itu harus bisa mengikuti gerakan bola secara terus menerus.

Robot juga harus memiliki badan lentur dengan gerakan yang luwes, supaya tendangannya bisa tepat sasaran. Dan yang paling rumit, adalah sistem komputer yang digunakan sebagai otaknya. Termasuk segala sistem perlengkapannya yang sangat canggih.

Bayangkan, bagaimana sebuah komputer harus didesain untuk memiliki kemampuan sedemikian rupa sehingga memiliki kecepatan proses yang sangat tinggi, dan kompleksitas yang demikian rumit.

Kabel-kabel penghubung sensornya, harus memiliki hantaran sinyal-sinyal listrik yang sangat cepat. Misalnya, harus menggunakan serat optik dengan kualitas terbaik. Memori dan hardisknya sangat besar. Dan yang paling penting, komputer itu harus memiliki sistem pemrograman sedemikian rupa sehingga bisa diberi input-input lewat 'pengalaman hidup' si robot.

Misalnya, dia bisa menarik pembelajaran dari sebuah permainan sepak bola, tanpa harus diberikan input oleh operatornya. Dia menjadi tahu dengan sendirinya bahwa benda terbuat dari kulit berbentuk bundar itu adalah bola yang harus ditendang. Dia juga tahu, bahwa gawangnya berbeda dengan gawang lawan. Dan dia juga juga bisa mengenal, siapa kawan siapa lawan. Dan seterusnya, dan seterusanya.

Dalam konteks pembahasan pada bab ini, saya sebenarnya cuma ingin memberikan perumpamaan tentang badan manusia dengan menggunakan robot sebagai contohnya.

Jadi, agar sebuah robot bisa bergerak sesuai yang diinginkan, maka badan robot harus didesain demikian canggih. Mulai dari 'tulang belulangnya' 'daging dan kulitnya 'otot sensor panca indera, susunan kabel-kabel sarafnya, sampai pada komputer ‘otaknya’. Jika desainnya mengalami penyimpangan, maka fungsi robot tersebut juga bakal menyimpang.

Begitulah manusia. Kita diciptakan Allah dengan desain tubuh yang sangat canggih dan sempurna. Jauh lebih canggih dari robot-robot yang sudah pernah dibuat oleh manusia. Bermiliar-miliar kali lebih canggih, karena tubuh kita bisa benar-benar beroperasi secara automaticaly, inheren dan independen. Sedangkan robot tidak.

Manusia mengalami pertumbuhan, sedangkan robot tidak. Kuku, rambut, daging, otot, dan otak beserta kemampuannya, mengalami pertumbuhan dan dinamika sebagai makhluk yang benar-benar hidup. Tapi robot tidak mengalaminya.

Inilah komponen pertama penyusun diri manusia. Badan adalah sosok yang terdiri dari zat-zat biokimiawi, tersusun menjadi sel-sel tubuh manusia. Berbagai macam sel itu kemudian berkolaborasi menjadi jaringan-jaringan otot, daging, otak, jantung, paru dan berbagai macam organ tubuh. Yang akhirnya, semua itu membentuk badan manusia sebagai sosok makhluk hidup dengan segala aktivitasnya...
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kasih komentar