TOKOH SUFI KLASIK IBNU SAMA’ BAH 2 : MANUSIA MAKHLUK YANG LEMAH



Pada suatu hari yang amat terik, Khalifah Harun Al-Rasyid mengundang Ibnu Samak, seorang ulama, ke istana di Baghdad untuk meminta fatwa dan nasihatnya. Khalifah meminta pelayannya untuk menyajikan minuman segar untuk Ibnu Samak.

Sebelum meminum, Ibnu Samak bertanya kepada Khalifah, ''Tuan, jika sekiranya seteguk air minum itu sulit diperoleh dan susah mencarinya, sedangkan tuan sudah sangat kehausan, berapakah kiranya seteguk air itu mau tuan hargai?''
''Biar habis setengah kekayaanku, aku mau membelinya,'' ujar Khalifah Harun Al-Rasyid. ''Minumlah tuanku air yang seteguk itu yang kadangkala harganya lebih mahal daripada setengah kekayaan tuanku!'' lanjut Ibnu Samak.
Setelah Khalifah minum, Ibnu Samak pun melanjutkan fatwanya. ''Jika air yang tuan minum tadi tidak mau keluar dari diri tuan, meski sudah bersusah payah berusaha tidak juga mau keluar, berapakah kiranya tuan mau membayar agar air itu dapat keluar?'' tanya Ibnu Samak lagi.
Harun Al-Rasyid menjawab, ''Kalau air itu tidak mau keluar lagi, apalah gunanya kemegahan dan kekayaan ini. Biarlah habis seluruh kekayaanku ini untuk mengobati diriku, sehingga air itu bisa keluar.''
Ibnu Simak melanjutkan pengajarannya, ''Maka tidakkah tuan insyaf, betapa kecil dan lemahnya kita ini. Tibalah saatnya kita tunduk dan patuh serta bersyukur kepada-Nya dan menyadari akan kelemahan diri kita.'' Mendengar fatwa itu Khalifah menangis tersedu.
Subhanallah, sungguh benarlah wasiat Ibnu Samak pada Khalifah Harun Al-Rasyid di atas. Betapa lemahnya manusia. Bagaimanakah seandainya Allah SWT dengan tiba-tiba menghentikan air yang masuk dalam tubuh kita? Atau, menghentikan denyut jatung dan paru-paru, sedangkan kita masih hidup bergelimang dosa. Sungguh kematian itu datang tiba-tiba dengan sebab yang tak terduga.
Betapa kufurnya kita, jika tidak bersyukur kepada Allah SWT, sedangkan hari ini kita masih bisa membuang hajat dengan lancar, bernapas dengan lega, dan jantung masih berdetak dengan teratur. Jika kita menghitung nikmat yang Allah SWT berikan, niscaya tidak akan mampu menghitungnya.
Padahal, Allah SWT telah melengkapi tubuh kita dengan segala perlengkapan, sehingga dapat bertahan hidup dan mencapai kebahagiaan. Tapi terkadang, manusia melalaikan semua itu.
Sampai-sampai Allah SWT berfirman, ''Hai manusia, apakah yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu)-mu seimbang.'' (QS Al-Infithaar (82): 6-7).
Bagi Allah SWT amatlah mudah mencabut nyawa kita kapan saja. Karenanya, kita harus siap menyambut maut dengan iman dan amal yang ikhlas.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kasih komentar