“Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Allah yang mendhahirkan segala sesuatu (adhara kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang tampak-dhahir pada segala sesuatu (dhaharo bi kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat dalam tiap sesuatu (dhaharo fii kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang tampak pada segala sesuatu (dhaharo li kulli syai’in). Bagaimana akan dapat dibayangkan, bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia ada dhahir sebelum adanya sesuatu (wa huwa qabla wujuudi kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih tampak jelas dari segala sesuatu (adharo min kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang Esa nan tidak ada di sampingnya sesuatu apa pun (al-Wahidu alladzina laitsa ma’ahu syai’un).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu (aqrabu ilaika min kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal seandainya tidak ada Dia, niscaya tidak akan ada segala sesuatu (wa laulaa huu maa kaana wujuudu kulli syai’in).
Syarah Ustadz Salim Bahreisy ra dalam terjemahannya sebagai berikut:
Demikian tampak jelas sifat-sifat Allah di dalam (pada) tiap-tiap sesuatu di alam ini, yang semua isi alam ini sebagai bukti kebesaran, kekuasaan, keindahan, keindahan, kebijaksanaan dan kesempurnaan Dzat Allah yang tidak menyerupai sesuatu apa pun dari makhluknya.
Sehingga bila masih ada manusia yang tidak mengenal Allah, maka benar-benar ia telah silau oleh cahaya yang sangat terang, dan telah terhijab dari sinar ma’rifat oleh awan tebal yang berupa alam sekitarnya.
Syaikh Fadhlala Haeri mensyarah:
Betapatah menakjubkan, keberadaan tampak dalam ketiadaan, dan betapa segala sesuatu yang mempunyai sifat ketergantungan bisa berdiri di sisi Allah yang mempunyai sifat-sifat kekekalan.
Al-Haqq tidak datang dari sesuatu atau di dalam sesuatu, atau di atasnya, atau di bawahnya.
Jika Dia datang dari sesuatu berarti Dia diciptakan dan dibatasi sesuai dengan jangka waktu hidupnya. Kalau Dia berada di atas sesuatu maka Dia bersemayam di atasnya, dan jika Dia dalam sesuatu maka Dia berarti terkurung di dalamnya. Dan jika Dia di bawah sesuatu maka Dia ada di bawah kekuasaannya.
Apa pun yang tampak di dunia kesaksian ini, merupakan pancaran Dzat Tuhan yang kekal dan dapat dirasakan sesuai dengan keadaan dan sensitivitas sang penerima. Jadi tidak ada makhluk yang mempunyai realitas yang kekal dan bebas, dan sesungguhpun tak ada sesuatu pun yang kekal selain Sang Maha Pencipta. Seandainya kita membandingkan yang relatif dengan yang absolut, niscaya yang relatif pasti akan hancur dan tinggallah yang absolut, selamanya !!
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang tampak-dhahir pada segala sesuatu (dhaharo bi kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat dalam tiap sesuatu (dhaharo fii kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang tampak pada segala sesuatu (dhaharo li kulli syai’in). Bagaimana akan dapat dibayangkan, bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia ada dhahir sebelum adanya sesuatu (wa huwa qabla wujuudi kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih tampak jelas dari segala sesuatu (adharo min kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang Esa nan tidak ada di sampingnya sesuatu apa pun (al-Wahidu alladzina laitsa ma’ahu syai’un).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu (aqrabu ilaika min kulli syai’in).
Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal seandainya tidak ada Dia, niscaya tidak akan ada segala sesuatu (wa laulaa huu maa kaana wujuudu kulli syai’in).
Syarah Ustadz Salim Bahreisy ra dalam terjemahannya sebagai berikut:
Demikian tampak jelas sifat-sifat Allah di dalam (pada) tiap-tiap sesuatu di alam ini, yang semua isi alam ini sebagai bukti kebesaran, kekuasaan, keindahan, keindahan, kebijaksanaan dan kesempurnaan Dzat Allah yang tidak menyerupai sesuatu apa pun dari makhluknya.
Sehingga bila masih ada manusia yang tidak mengenal Allah, maka benar-benar ia telah silau oleh cahaya yang sangat terang, dan telah terhijab dari sinar ma’rifat oleh awan tebal yang berupa alam sekitarnya.
Syaikh Fadhlala Haeri mensyarah:
Betapatah menakjubkan, keberadaan tampak dalam ketiadaan, dan betapa segala sesuatu yang mempunyai sifat ketergantungan bisa berdiri di sisi Allah yang mempunyai sifat-sifat kekekalan.
Al-Haqq tidak datang dari sesuatu atau di dalam sesuatu, atau di atasnya, atau di bawahnya.
Jika Dia datang dari sesuatu berarti Dia diciptakan dan dibatasi sesuai dengan jangka waktu hidupnya. Kalau Dia berada di atas sesuatu maka Dia bersemayam di atasnya, dan jika Dia dalam sesuatu maka Dia berarti terkurung di dalamnya. Dan jika Dia di bawah sesuatu maka Dia ada di bawah kekuasaannya.
Apa pun yang tampak di dunia kesaksian ini, merupakan pancaran Dzat Tuhan yang kekal dan dapat dirasakan sesuai dengan keadaan dan sensitivitas sang penerima. Jadi tidak ada makhluk yang mempunyai realitas yang kekal dan bebas, dan sesungguhpun tak ada sesuatu pun yang kekal selain Sang Maha Pencipta. Seandainya kita membandingkan yang relatif dengan yang absolut, niscaya yang relatif pasti akan hancur dan tinggallah yang absolut, selamanya !!