Abu Nu'aim dalam Hilyat AI-Awliya' meriwayatkan sabda Nabi Saw.,
Karena merekalah Allah menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman, dan menolak bencana."
Sabda ini terdengar begitu berat sehingga Ibnu Mas'ud bertanya,
"Apa maksud karena merekalah Allah menghidupkan dan mematikan?"
Rasulullah Saw bersabda, "Karena mereka berdoa kepada Allah supaya umat
diperbanyak, maka Allah binasakan mereka. Mereka berdoa agar turun hujan, maka
Allah turunkan hujan. Karena permohonan mereka , Allah menumbuhkan tanaman di
bumi. Karena doa mereka, Allah menolakkan berbagai bencana."
diperbanyak, maka Allah binasakan mereka. Mereka berdoa agar turun hujan, maka
Allah turunkan hujan. Karena permohonan mereka , Allah menumbuhkan tanaman di
bumi. Karena doa mereka, Allah menolakkan berbagai bencana."
Allah sebarkan mereka di muka bumi. Pada setiap bagian bumi, ada mereka. Kebanyakan orang tidak
mengenal mereka. Jarang manusia menyampaikan terimakasih khusus kepada mereka.
Kata Rasulullah Saw., "Mereka tidak mencapai kedudukan yang mulia itu karena
banyak shalat atau banyak puasa." Sangat mengherankan; bukanah untuk menjadi
awliya', kita harus menjalankan berbagai riyadhah atau suluk, yang tidak lain
daripada sejumlah zikr, doa, dan ibadah-ibadah lainnya? Seperti kita semua, para
sahabat heran. Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, fima adrakuha?" Beliau bersabda,
"Bissakhai wan-Nashihati lil muslimin" (Dengan kedermawanan dan kecintaan yang
tulus kepada kaum Muslim). Dalam hadis lain, Nabi berkata, "Bishidqil wara', wa
husnin niyyati, wa salamatil qaibi, wan-Nashihati lijami'il muslimin" (Dengan
ketaatan yang tulus, kebaikan niat, kebersihan hati, dan kesetiaan yang tulus
kepada seluruh kaum Muslim)
Jadi, yang mempercepat orang mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah Swt.
bukanlah frekuensi shalat dan puasa. Bukankah semua ibadah itu hanyalah ungkapan
rasa syukur kita kepada Allah, yang seringkalijauh lebih sedikit dari anugerah
Allah kepada kita?
Yang sangat cepat mendekatkan diri kepada Allah, pertama, adalah al-sakha
(kedermawanan). Berjalan menuju Allah berarti meninggalkan rumah kita yang
sempit -keakuan kita. Keakuan ini tampak dengan jelas pada "aku" sebagai
pusat perhatian. Seluruh gerak kita ditujukan untuk "aku". Kebahagian
diukur dari sejauh mana sesuatu menjadi "milikku." Orang yang dermawan
adalah orang yang telah meninggalkan "aku." la sudah bergeser ke falsafah
"Untuk Dia".
Karena itu Nabi Saw. bersabda, "Orang dermawan dekat dengan manusia, dekat
dengan Tuhan dan dekat dengan surga. Orang bakhil jauh dari manusia, jauh
dari Tuhan dan dekat dengan neraka".
mengenal mereka. Jarang manusia menyampaikan terimakasih khusus kepada mereka.
Kata Rasulullah Saw., "Mereka tidak mencapai kedudukan yang mulia itu karena
banyak shalat atau banyak puasa." Sangat mengherankan; bukanah untuk menjadi
awliya', kita harus menjalankan berbagai riyadhah atau suluk, yang tidak lain
daripada sejumlah zikr, doa, dan ibadah-ibadah lainnya? Seperti kita semua, para
sahabat heran. Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, fima adrakuha?" Beliau bersabda,
"Bissakhai wan-Nashihati lil muslimin" (Dengan kedermawanan dan kecintaan yang
tulus kepada kaum Muslim). Dalam hadis lain, Nabi berkata, "Bishidqil wara', wa
husnin niyyati, wa salamatil qaibi, wan-Nashihati lijami'il muslimin" (Dengan
ketaatan yang tulus, kebaikan niat, kebersihan hati, dan kesetiaan yang tulus
kepada seluruh kaum Muslim)
Jadi, yang mempercepat orang mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah Swt.
bukanlah frekuensi shalat dan puasa. Bukankah semua ibadah itu hanyalah ungkapan
rasa syukur kita kepada Allah, yang seringkalijauh lebih sedikit dari anugerah
Allah kepada kita?
Yang sangat cepat mendekatkan diri kepada Allah, pertama, adalah al-sakha
(kedermawanan). Berjalan menuju Allah berarti meninggalkan rumah kita yang
sempit -keakuan kita. Keakuan ini tampak dengan jelas pada "aku" sebagai
pusat perhatian. Seluruh gerak kita ditujukan untuk "aku". Kebahagian
diukur dari sejauh mana sesuatu menjadi "milikku." Orang yang dermawan
adalah orang yang telah meninggalkan "aku." la sudah bergeser ke falsafah
"Untuk Dia".
Karena itu Nabi Saw. bersabda, "Orang dermawan dekat dengan manusia, dekat
dengan Tuhan dan dekat dengan surga. Orang bakhil jauh dari manusia, jauh
dari Tuhan dan dekat dengan neraka".
Tanpa kedermawanan, shalat, shaum,haji dan ibadah apa pun tidak akan membawa orang dekat dengan Tuhan. Dengankebakhilan, makin banyak orang melakukan ibadat makinjauh dia dari Tuhan.
Orang dermawan sudah lama masuk dalam cahaya Tuhan, sebelum mereka masuk ke
surganya. Kedermawanan telah membawanya dengan cepat ke stasiun-stasiun
terakhir dalam perjalanannya menuju Tuhan.
Orang dermawan sudah lama masuk dalam cahaya Tuhan, sebelum mereka masuk ke
surganya. Kedermawanan telah membawanya dengan cepat ke stasiun-stasiun
terakhir dalam perjalanannya menuju Tuhan.